Stroke merupakan penyebab kecacatan dan kematian yang utama di seluruh dunia. Hanya sekitar 20 persen serangan yang tertangani dengan cepat, salah satunya karena banyak yang kurang peduli. Apa saja yang perlu dipedulikan soal stroke?
Data departemen kesehatan RI menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di Rumah Sakit. Padahal penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa stroke dapat dicegah, dan stroke dapat diobati.
Pengobatan stroke yang tepat dapat dicapai bila penderita stroke datang ke RS dengan fasilitas yang memadai dalam waktu yang cepat. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya pemahaman akan bahaya faktor risiko stroke.
Permasalahan lain yang muncul adalah pasien stroke tidak mendapatkan pertolongan yang memadai dalam waktu yang singkat. Hal ini berkontribusi terhadap tingginya kecacatan dan kematian akibat stroke.
Data menunjukkan bahwa stroke menyerang 1 di antara 6 orang diseluruh dunia. Kepedulian tentang kenyataan ini dapat diwujudkan dengan mengingatkan orang-orang di sekitar kita akan bahaya stroke.
Beberapa hal tentang stroke yang semua orang harus peduli adalah sebagai berikut:
1. Peduli akan fakta tantang stroke
Penanganan stroke sampai saat ini belum optimal terkait dengan masih banyaknya mitos yang meliputi stroke. Salah satu mitos adalah stroke yang hanya diderita oleh lanjut usia.
Mitos yang lain adalah stroke tidak dapat disembuhkan, atau stroke adalah akhir dari segalanya. Faktanya stroke dapat mengenai semua usia. Stroke dapat menyerang laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang hampir sama. Stroke dapat disembuhkan bila mendapat tatalaksana yang tepat dalam waktu yang singkat.
2. Peduli akan faktor risiko stroke dan pengendaliannya
Faktor risiko stroke ada yang dapat dikendalikan dan ada pula yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, ras, dan riwayat keluarga stroke.
Faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, kegemukan, kadar lemak darah yang tinggi, dan merokok. Dua faktor risiko stroke yang utama, yaitu hipertensi dan dislipidemia (kadar lemak darah yang tinggi) tidak bergejala, sehingga dinamakan dengan "the silent killer".
Kewaspadaan akan faktor risiko stroke tersebut dapat dibangkitkan dengan menanyakan pada diri sendiri dan orang-orang disekitar kita:
- tahukah tekanan darah kita minggu ini?
- tahukah lingkar perut kita satu bulan terakhir ini?
- tahukah kadar kolesterol kita 3 bulan terakhir ini?
3. Peduli akan gejala stroke
Tatalaksana stroke yang optimal dapat tercapai bila pasien stroke datang ke RS dengan fasilitas pelayanan stroke 24/7 (24 jam sehari dan 7 hari seminggu). Pada kondisi demikian tindakan tatalaksana terhadap bagian otak yang mengalami gangguan pembuluh darah dapat berlangsung dengan optimal.
Permasalahan yang muncul adalah pasien stroke datang terlambat ke RS. Penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia, termasuk yang kami lakukan di Yogyakarta menunjukkan bahwa hanya kurang dari 20% pasien stroke yang datang kurang dari 3 jam sejak gejala muncul.
Hal ini terjadi karena tidak dikenalinya gejala dan tanda stroke yang meliputi:
- kelumpuhan mendadak
- wajah perot mendadak
- kesulitan berkomunikasi mendadak
- penurunan kesadaran
4. Peduli akan tatalaksana stroke yang tepat
Tatalaksana stoke yang tepat melibatkan lintas disiplin dan dibutuhkan kerjasama semua pihak. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pasien stroke yang dirawat di unit stroke yang multidisiplin dan hanya dikhususkan untuk pasien stroke memiliki angka kematian dan kecacatan yang lebih rendah.
Hal tersebut membuktikan bahwa pelayanan yang komprehensif terbukti mampu memperbaiki luaran klinik pasien stroke (angka kematian lebih rendah, angka kemandirian lebih tinggi, dan angka komplikasi lebih rendah). Pengobatan komplementer dan pengobatan tradisional yang mengklaim diri ampuh tanpa adanya bukti ilmiah yang baku perlu diwaspadai.
5. Peduli akan pemulihan stroke
Masa emas pemulihan stroke adalah pada bulan-bulan pertama pasca serangan stroke. Pada masa 6 bulan pertama pemulihan akan berlangsung optimal, bila dilakukan pengobatan dan tindakan rehabilitasi medik yang sesuai.
Mitos yang sering beredar adalah “stroke adalah akhir dari segalanya” dan “pasien stroke tidak mungkin kembali kepada aktivitasnya sebelum stroke”. Dua hal tersebut adalah mitos yang salah.
6. Peduli akan kemungkinan serangan ulang
Pasien yang telah selamat dari serangan stroke pertama tidak serta merta bebas dari kemungkinan serangan ulang. Penelitian menujukkan bahwa ada kemungkinan sampai dengan 25 persen untuk munculnya serangan ulang pada masa satu tahun pasca stroke.
Hal tersebut lebih besar kemungkinannya bila faktor risiko stroke tidak terkendali dengan baik. Pada pasien stroke yang mengalami serangan ulang, maka kecacatan akan lebih parah daripada serangan stroke pertama. Angka kematian juga akan lebih tinggi.
* Penulis bekerja di SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta dan juga anggota World Stroke Organization
(up/ir)
Sumber: DetikHealth
Data departemen kesehatan RI menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di Rumah Sakit. Padahal penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa stroke dapat dicegah, dan stroke dapat diobati.
Pengobatan stroke yang tepat dapat dicapai bila penderita stroke datang ke RS dengan fasilitas yang memadai dalam waktu yang cepat. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya pemahaman akan bahaya faktor risiko stroke.
Permasalahan lain yang muncul adalah pasien stroke tidak mendapatkan pertolongan yang memadai dalam waktu yang singkat. Hal ini berkontribusi terhadap tingginya kecacatan dan kematian akibat stroke.
Data menunjukkan bahwa stroke menyerang 1 di antara 6 orang diseluruh dunia. Kepedulian tentang kenyataan ini dapat diwujudkan dengan mengingatkan orang-orang di sekitar kita akan bahaya stroke.
Beberapa hal tentang stroke yang semua orang harus peduli adalah sebagai berikut:
1. Peduli akan fakta tantang stroke
Penanganan stroke sampai saat ini belum optimal terkait dengan masih banyaknya mitos yang meliputi stroke. Salah satu mitos adalah stroke yang hanya diderita oleh lanjut usia.
Mitos yang lain adalah stroke tidak dapat disembuhkan, atau stroke adalah akhir dari segalanya. Faktanya stroke dapat mengenai semua usia. Stroke dapat menyerang laki-laki dan perempuan dengan proporsi yang hampir sama. Stroke dapat disembuhkan bila mendapat tatalaksana yang tepat dalam waktu yang singkat.
2. Peduli akan faktor risiko stroke dan pengendaliannya
Faktor risiko stroke ada yang dapat dikendalikan dan ada pula yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dikendalikan adalah usia tua, jenis kelamin laki-laki, ras, dan riwayat keluarga stroke.
Faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, kegemukan, kadar lemak darah yang tinggi, dan merokok. Dua faktor risiko stroke yang utama, yaitu hipertensi dan dislipidemia (kadar lemak darah yang tinggi) tidak bergejala, sehingga dinamakan dengan "the silent killer".
Kewaspadaan akan faktor risiko stroke tersebut dapat dibangkitkan dengan menanyakan pada diri sendiri dan orang-orang disekitar kita:
- tahukah tekanan darah kita minggu ini?
- tahukah lingkar perut kita satu bulan terakhir ini?
- tahukah kadar kolesterol kita 3 bulan terakhir ini?
3. Peduli akan gejala stroke
Tatalaksana stroke yang optimal dapat tercapai bila pasien stroke datang ke RS dengan fasilitas pelayanan stroke 24/7 (24 jam sehari dan 7 hari seminggu). Pada kondisi demikian tindakan tatalaksana terhadap bagian otak yang mengalami gangguan pembuluh darah dapat berlangsung dengan optimal.
Permasalahan yang muncul adalah pasien stroke datang terlambat ke RS. Penelitian yang dilakukan di berbagai belahan dunia, termasuk yang kami lakukan di Yogyakarta menunjukkan bahwa hanya kurang dari 20% pasien stroke yang datang kurang dari 3 jam sejak gejala muncul.
Hal ini terjadi karena tidak dikenalinya gejala dan tanda stroke yang meliputi:
- kelumpuhan mendadak
- wajah perot mendadak
- kesulitan berkomunikasi mendadak
- penurunan kesadaran
4. Peduli akan tatalaksana stroke yang tepat
Tatalaksana stoke yang tepat melibatkan lintas disiplin dan dibutuhkan kerjasama semua pihak. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pasien stroke yang dirawat di unit stroke yang multidisiplin dan hanya dikhususkan untuk pasien stroke memiliki angka kematian dan kecacatan yang lebih rendah.
Hal tersebut membuktikan bahwa pelayanan yang komprehensif terbukti mampu memperbaiki luaran klinik pasien stroke (angka kematian lebih rendah, angka kemandirian lebih tinggi, dan angka komplikasi lebih rendah). Pengobatan komplementer dan pengobatan tradisional yang mengklaim diri ampuh tanpa adanya bukti ilmiah yang baku perlu diwaspadai.
5. Peduli akan pemulihan stroke
Masa emas pemulihan stroke adalah pada bulan-bulan pertama pasca serangan stroke. Pada masa 6 bulan pertama pemulihan akan berlangsung optimal, bila dilakukan pengobatan dan tindakan rehabilitasi medik yang sesuai.
Mitos yang sering beredar adalah “stroke adalah akhir dari segalanya” dan “pasien stroke tidak mungkin kembali kepada aktivitasnya sebelum stroke”. Dua hal tersebut adalah mitos yang salah.
6. Peduli akan kemungkinan serangan ulang
Pasien yang telah selamat dari serangan stroke pertama tidak serta merta bebas dari kemungkinan serangan ulang. Penelitian menujukkan bahwa ada kemungkinan sampai dengan 25 persen untuk munculnya serangan ulang pada masa satu tahun pasca stroke.
Hal tersebut lebih besar kemungkinannya bila faktor risiko stroke tidak terkendali dengan baik. Pada pasien stroke yang mengalami serangan ulang, maka kecacatan akan lebih parah daripada serangan stroke pertama. Angka kematian juga akan lebih tinggi.
* Penulis bekerja di SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta dan juga anggota World Stroke Organization
(up/ir)
Sumber: DetikHealth
0 comment:
Post a Comment