Tuesday, October 16, 2012

20 Persen Suplemen Diet Berikan Klaim Menyesatkan

Suplemen obat seringkali memuat berbagai jenis khasiat yang diklaim mampu mengobati bermacam gangguan kesehatan. Namun jangan buru-buru percaya dengan bujuk rayu tersebut. Nyatanya, beberapa klaim yang digembar-gemborkan tersebut ternyata menyesatkan.

Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS atau Department of Health and Human Services baru saja melakukan penelitian terhadap 127 sampel suplemen makanan penurun berat badan dan penguat sistem kekebalan tubuh. Hasilnya, sekitar 20 persen di antaranya menyertakan klaim palsu.

Pasar suplemen penurun berat badan memang berkembang sangat cepat di AS. Bahkan nilainya mencapai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 191,8 triliun per tahun. Sebanyak 80 persen orang dewasa di AS menggunakan suplemen diet.

Sayangnya, laporan menunjukkan bahwa sebagian besar klaim yang dibuat produsen suplemen ini ternyata menyesatkan. Selain itu, sebanyak 7 persen dari sampel suplemen diet tidak menyertakan pernyataan 'disclaimer'.

Secara hukum, suplemen yang dipasarkan di AS harus memuat disclaimer yang memuat 'Pernyataan ini belum dievaluasi oleh Food and Drug Administration. Produk ini tidak dimaksudkan untuk mendiagnosa, mengobati, menyembuhkan, atau mencegah penyakit'.










"Konsumen mengandalkan klaim suplemen untuk menentukan apakah produk tersebut akan memberikan efek yang diinginkan, misalnya menurunkan berat badan atau mendukung sistem kekebalan tubuh. Meskipun penggunaan klaim mengenai fungsi suplemen telah berkembang, otoritas FDA bertugas memantau klaim tersebut dan dibatasi oleh hukum," demikian isi laporan tersebut seperti dilansir Medical Daily, Senin (15/10/2012).

Bahkan ketika peneliti meninjau dokumentasi klaim tentang suplemen diet, ternyata ada sekitar 10 persen sampel yang tidak sesuai dengan pedoman FDA. Misalnya, ada perusahaan yang menyertakan penelitian 30 tahun lalu sebagai bukti bahwa produknya efektif. Beberapa produk lain malah memberikan link ke website yang mendukung klaim suplemennya.

Department of Health and Human Services kemudian menyatakan bahwa FDA diberi kewenangan untuk memeriksa klaim dari suplemen makanan. Badan tersebut juga diminta mengawasi suplemen diet yang ada di pasaran untuk mendeteksi klaim-klaim palsu dan menyesatkan seperti yang disebutkan di atas.

Menurut Pusat Pengobatan Alternatif dan Komplementer di AS atau National Center for Complementary and Alternative Medicine, produsen suplemen makanan memang tidak harus membuktikan keamanan atau kemanjuran produknya sebelum dipasarkan.

Oleh karena itu, konsumen yang berniat menggunakan prsoduk suplemen sebaiknya berupaya mencari informasi dari sumber terpercaya. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa suplemen dapat berinteraksi dengan obat resep lain yang diminum.

Klaim-klaim palsu ini terjadi di AS yang notabene memiliki teknologi pengobatan dan sistem pengawasan yang terbilang maju di antara negara-negara lain di dunia. Di Indonesia sendiri, klaim-klaim palsu dari suplemen obat bisa jadi lebih parah.


(pah/ir)
Sumber: Wolipop

0 comment:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...